JURNAL PRESISI – Polisi mulai membubarkan pengunjuk rasa pro-demokrasi pada hari Senin ketika seluruh aktivitas bisnis di seluruh negeri ditutup dalam aksi mogok umum.
Para demonstran menyerukan untuk menentang kudeta militer meskipun ancaman dari pihak berwenang yang menyatakan bahwa konfrontasi dapat menelan korban jiwa.
Tiga minggu setelah merebut kekuasaan, junta gagal menghentikan aksi protes dan pembangkangan sipil yang menyerukan anti-kudeta dan pembebasan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.
Baca Juga: Perdana Menteri Boris Johnson Buka Peluang untuk Hentikan Lockdown di Inggris
Protes yang berlangsung pada hari Senin terjadi di seluruh negeri dari perbukitan utara perbatasan dengan China, dataran tengah, delta sungai Irrawaddy dan ujung selatan panhandle.
Di Ibu Kota Naypyitaw dimana militer bermarkas sebuah truk meriam air dan banyak kendaraan ditutup untuk membubarkan prosesi nyanyian pengunjuk rasa.
Tindakan pasukan keamanan kali ini tidak begitu mematikan dibandingkan dengan tindakan keras pada fase demontrasi sebelumnya pada setengah abad yang lalu.
Baca Juga: Empat Pekerja Bantuan Wanita Pakistan Ditembak Mati Oleh Kelompok Bersenjata
Namun, pada saat ini tiga pengunjuk rasa telah dinyatakan tewas, dua orang ditembak mati di Mandalay pada hari Sabtu dan seorang wanita ditembak di Naypyitaw yang meninggal pada hari Sabtu.
Pihak tentara mengatakan bahwa seorang polisi tewas dalam aksi protes tersebut dikarenakan luka yang diderita.
Komentar